SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI KUMPULAN ARTIKEL MA'HAD MIFTAHUSSALAM BANYUMAS JAWA TENGAH INDONESIA

Sabtu, 31 Desember 2011

Sebelum Anda Berbicara, Sebaiknya.....

Kami tampilkan beberapa komentar jahil yang nampak dari gayanya seolah-olah seperti pengamat atau ilmuwan di atas, namun ternyata berbicara jauh dari ilmu terkait dengan postingan artikel mengenai anak Punk yang kami publikasikan ulang dari majalah tashfiyah pada Blog "Pustaka Miftahussalam".


          Walhamdulillah...telah jelas, mana orang yang berilmu dan mana orang yang tidak berilmu.....Bergaya sosialis, idealis tapi hakikatnya hanya tong kosong yang berbunyi nyaring. Ketahuilah bahwa, seseorang akan mulia jika akhlaqnya senantiasa didasari dengan ilmu yang hakiki....tahukah anda apa ilmu hakiki itu, itulah ilmu agama yang mengantarkan kita untuk meraih kesuksesan di kehidupan hakiki kelak di akhirat....


          Betapa banyak manusia mengaku berilmu, akan tetapi mereka jahil, mereka mengaku 'ulama, tapi pada hakikatnya mereka juhala....Seseorang akan berjalan dengan selamat di muka bumi ini jika dia senantiasa mendasari hidupnya dengan agama....Allah berfirman,
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)

         Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin membawakan dan menjelaskan ayat diatas di awal bab “Keutamaan Ilmu” dalam “Kitabul Ilmi” beliau. Diantaranya beliau berkata, “Tidak sama orang yang berilmu dan tidak berilmu, sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan yang mati, yang mendengar dengan yang tuli, yang melihat dengan yang buta. Ilmu adalah cahaya yang dengannya manusia mendapat petunjuk, yang denganya manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya. Dengan ilmu Allah mengangkat/melebihkan siapa yang dikehendakinya dari para makhluqNya. Allah berfirman, Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al Mujadalah: 11)…” [kitabul Ilmi, hal 13]

         Okay, kita akan sedikit membahas sesuai dengan kemampuan kami dalam memahami, point pertama, jika dikatakan "Mereka segelintir orang yang berani berteriak di depan para penguasa", maka ketahuilah saudaraku bahwa,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

Barangsiapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati).” 

(Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Al Khaitsami dalam Al Majma’ 5/229, Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 2/522, Abu Nu’aim dalam Ma’rifatus Shahabah 2/121. Riwayat ini banyak yang mendukungnya sehingga hadits ini kedudukannya shahih bukan hasan apalagi dlaif sebagaimana sebagian ulama mengatakannya. Demikian keterangan Syaikh Abdullah bin Barjas bin Nashir Ali Abdul Karim (lihat Muamalatul Hukam fi Dlauil Kitab Was Sunnah halaman 54).)

         Kemudian, point berikutnya, anda mengatakan bahwa "Mereka hanya ingin kebebasan atas hidup mereka", maka perlu juga anda ketahui,  Islam ini tidak mengajarkan untuk hidup bebas ala binatang jalang....

          Inilah bukti bahwa, sebagian umat Islam kurang memahami terhadap konsep ajaran Islam yang benar, seakan-akan meng-iya-kan dan membenarkan semua konsep dari Barat. Kehidupan Barat adalah baik dan pantas dijadikan contoh. Barat adalah segalanya, itulah sebagian pendapat kaum muslimin terhadap kehidupan Barat. Segala konsep kehidupan Barat perlu diikuti oleh umat Islam. Mengabaikan konsep-konsep Islam adalah sebuah keharusan pada era globalisasi, Islam harus berkembang mengikuti arah kehidupan yang berputar.
      Padahal, Islam menuntun para pemeluknya untuk hidup dengan harmoni. Mulai dari urusan aqidah/keyakinan, ibadah, akhlaq/perilaku, hubungan sesama manusia, semua sudah ada bimbingannya dalam Islam. Islam agama yang sempurna sehingga sejak dahulu, Allah pun telah mewahyukan kepada Nabi-Nya Shallallahu'alaihi wa sallam, Allah berfirman,

 "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisaa`:115)

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa 'adzab yang pedih." (An-Nuur:63)

        Atas dasar itulah, maka segala ajaran yang menyelisihi ajaran Rasulullah adalah bathil dan tidak boleh untuk diikuti, terlebih lagi bila bersumber dari orang-orang kafir. Oleh karena itu, di antara prinsip Islam yang kokoh adalah kewajiban mengikuti jejak Rasulullah dan dilarang untuk mengikuti atau bertasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah.

         "Penampilan ngga mencerminkan pribadi mereka", jahil sekali ucapan seperti ini, tidakkah anda pernah mengetahui bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

 Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim)

So...penampilan mereka itu pada hakikatnya mencerminkan kondisi pribadi mereka yang mengidap penyakit. 
Berbicaralah dengan Ilmu, jangan dengan hawa nafsu semata.Wallahu ta'ala a'lam bish showab. 
 [Akhfiya, 31 Des 2011, Miftahussalam 21.24 WIB]


Kegagalan Anak PUNK

          Rambut mowhak warna-warni, celana ketat, sepatu boots, dan segala dandanan unik yang bagi mayoritas orang dianggap “aneh”, nampaknya mulai menjadi sesuatu yang membanggakan bagi beberapa remaja di Indonesia saat ini. Pakaian kumal yang kebanyakan orang malu untuk mengenakannya, justru menjadi identitas tersendiri bagi beberapa remaja. Sehingga bapak-bapak tua yang melihat mereka pun bisa mengenali siapa mereka dari dandanannya,”...ooohhh, anak punk!”
Punk pada awal kemunculannya di Inggris merupaka reaksi protes atas ketidakberesan sistem dan pemerintahan yang kapitalis. Mereka menganggap bahwa pemerintahan yang ada adalah penindas yang memaksakan kehendak pada rakyatnya.
          Sehingga , Punk menginginkan terbentuknya tatanan masyarakat tanpa negara, dimana aturan dalam masyarakat ditentukan oleh kesepakatan-kesepakatan komunal saja. Ia merupakan suatu fenomena budaya “alternatif” yang berusaha membangun sebuah wadah yang dapat menampung segala aktifitas dan ekspresi dalam rangka mencari jati diri, sekaligus sebagai media perlawanan terhadap berbagai aturan dan norma-norma keumuman yang berlaku di masyarakat.
Secara garis besar, beberapa prinsip dalam budaya punk yaitu : 

  •  Anti kemapanan : yaitu melawan nilai-nilai gaya hidup kebudayaan yang umum di   masyarakat    termasuk agama.
  • DIY (Do It Yourself) : Mengusahakan segala sesuatu secara mandiri sesuai kemampuan.
  •  Anarkis : Menginginkan masyarakat tanpa negara, tanpa pemerintah.
  • Kesetaraan : Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Sama seperti negara asalnya, budaya punk di Indonesia pun mudah diterima oleh remaja dari usia belasan hingga 20-an. Wajar, mengingat usia remaja adalah masa yang dipenuhi keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru. Remaja yang mudah bosan dan merasa dikungkung kebebasannya merasa bahwa slogan “anti kemapanan” dari budaya punk menawarkan alternatif untuk keluar dari norma-norma sosial yang berlaku.
          Namun, pergerakan aktif dari kaum punk lalu mengalami perbedaan untuk memilih bersikap politis atau tidak, yang lalu kaum yang tidak berorientasi politis inilah yang justru mendominasi. Mereka menyebarkan isu-isu betapa nikmatnya menjadi seorang yang cuek, yang tidak pernah terganggu  oleh isu apapun selain kenikmatan menenggak alkohol atau menghisap ganja. Punk yang sejatinya adalah budaya perlawanan sosial, berubah wujud menjadi budaya bagi kaum yang egois, yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Di sinilah punk menjadi budaya yang gagal.
          Yang ironis, punk lalu dimanfaatkan sebagai budaya trend semata yang bisa dijual mahal oleh kaum kapitalis, musuh utama kaum punk. Tidak heran jika kita menemukan pernak-pernik punk mulai dari  kaos, emblem bordir, hingga CD musik beraliran punk di mall-mall besar dengan harga mahal.
          Ya, punk telah gagal. Ia tidak bisa menemukan jati diri sebenarnya karena ia tidak memiliki konsep yang  jelas dalam membenahi masyarakat. Konsep anarkisme (yaitu tidak adanya pemerintah yang dipandang sebagai penindas) dan konsep kebebasan mutlak yang ditawarkan hanyalah semu, tidak menghasilkan sumbangasih apapun bagi masyarakat.

PEMBERONTAK ITU PUN AKHIRNYA MENYERAH

          Jika kita lihat, seiring bertambahnya usia, para remaja “anti kemapanan” itu pun akan meninggalkan dunia pemberontakannya, kembali menjadi orang yang dianggap “wajar” oleh masyarakat. Ada yang kembali melanjutkan sekolahnya karena berpikir hanya pendidikanlah yang bisa menunjang masa depannya. Ada yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak bisa meluangkan waktu untuk sekedar duduk mengobrol, berbagi dengan sesama komunitas  punk. Sebagian lagi memulai kehidupan berumah tangga, yang berarti mereka harus mulai berjuang untuk menafkahi keluarganya, tidak hanya sekedar duduk-duduk dan bermain band yang tidak mendatangkan apapun.
          Sangat menarik ucapan dari Kent McLard, seorang punkers dari Amerika yang aktif dalam memproduksi dan menyebarkan rekaman-rekaman musik dan majalh-majalah komunitas punk. Ia berkata,”menentang arus, menjadi seorang anarkis, tinggal di gedung kosong pada usia 20-an tampaknya menjadi sebuah hal yang menyenangkan. Tetapi pada usia 30-an, tampaknya akan lebih menyenangkan apabila kita justru menceburkan diri ke dalam arus dan mengikuti alurnya.”
          Dari beberapa kenyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa memang budaya punk hanya diadaptasi oleh remaja-remaja labil, yang masih mencari jati diri dan belum matang konsep berpikirnya serta tidak memiliki pegangan keagamaan yang kuat.

MANUSIA HIDUP ADA ATURANNYA

          Manusia hidup di dunia ini tentu memiliki aturan. Jika suatu masyarakat hidup tanpa aturan dan pemerintahan yang jelas, maka terjadilah kerusuhan dan perampasan hak, antara yang satu dengan yang lain. Ali bin Abi Thalib radhiyallohu ‘anhu berkata,”Tidaklah memperbaiki kehidupan masyarakat kecuali pemimpin, baik dia orang yang shalih maupun jahat..” Sebagian orang bertanya kepada beliau, “wahai Amirul Mukminin, kami terima ini pada pemimpin yang shalih. Tapi pemimpin yang jahat, kami tidak setuju.” Beliau menjelaskan,”karena melalui mereka, Allah ta’ala memberikan keamanan jalan-jalan, berjihad melawan musuh,-beliau menyebutkan peran pemimpin-, kaum muslimin bisa berhaji dengan aman dan beribadah kepada Allah ta’ala hingga ajal menjemput,”[H.R. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman].
Karena itulah, dengan adanya pemerintah dan norma-norma, manusia tidak bisa hidup bebas semaunya sendiri. Norma inilah yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan budi pekerti, berbeda dengan binatang.
            Kita lihat sekarang ini, atas nama “kebebasan”, manusia bahkan sering tidak  terlihat sebagai makhluk yang berbudi lagi. Atas nama kebebasan, sepasang muda-mudi tinggal bersama satu atap tanpa ikatan nikah yang sah. Dilandasi rasa suka sama suka, tanpa tekanan, mereka merasa berhak dan bebas untuk saling mencurahkan kasih sayang dan hasrat biologisnya. Hingga lahirlah anak yang tidak jelas garis nasabnya. Atas nama kebebasan, seorang artis dan seniman bisa tampil di atas panggung dengan pakaian yang tidah senonoh, sambil mendendangkan musik yang berisi kata-kata jorok. Dan atas nama kebebasan pula, dua insan yang berbeda agama bisa manikah tanpa memikirkan bagaimana agama anaknya kelak.
          Dari contoh-contoh kebebasan di atas, masihkah kita melihat manusia sebagaimakhluk yang berbudi ketika mereka mengumbar semua keinginannya? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).[Q.S.Al-Furqan:43-44]

MANUSIA TIDAK BISA HIDUP TANPA RAHMAT-NYA

          Bahkan dari hati kecil kita semua, walau yang meneriakkan “anti kemapanan” sekalipun, kita pasti mengakui bahwa kita sangat tergantung kepada pencipta kita, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.. Sehingga pada hakikatnya sebagai makhluk-Nya kita adalah hamba yang harus mengikuti perintah Allah ta’ala. Tanpa nikmat dan pertolingan-Nya, kita tak mungkin bisa hidup di dunia ini. Betapa angkuhnya kita, jika dengan alasan “anti kemapanan”, menganggap norma agama sebagai kejumudan, lalu berusaha hidup sebebas-bebasnya, tanpa mengindahkan aturan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.”[Q.S.Al-Qashash:68] 

MASIH PERCAYA DENGAN PUNK?

          Dari semua pemaparan di atas, masihkah kita berpikir bahwa punk merupakan budaya yang bisa menyelesaikan persoalan di masyarakat? Masihkah kita percaya dengan budaya yang justru berlawanan dengan fithrah manusia yang percaya dengan penciptanya? Orang “berakal” pasti akan menjawab bahwa PUNK TELAH GAGAL.(Ristyandani)

Sumber: Majalah tashfiyah Edisi 07 Vol.1 1432 H/2011 M
[Dipublikasikan ulang oleh Akhfiya, Miftahussalam Banyumas 31 des 2011]

Jumat, 30 Desember 2011

Yuk Tahun Baruan...Yuk ke NERAKA....

Ditulis oleh : Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi, hafidzohullohu ta'ala

الْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

Amma Ba’du,




Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan nikmat yang sangat besar kepada umat Islam sebagaimana firman-Nya,

الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan agama kalian untuk kalian, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepada kalian, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama kalian. (QS. Al-Mâ`idah: 3)
Juga dari kesempurnaan nikmat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meridhai, kecuali agama Islam,

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari (agama) selain agama Islam, sekali-kali tidaklah (agama itu) akan diterima darinya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.“ (QS. Âli ‘Imrân: 85) 
Oleh karena itu, kewajiban seorang muslim adalah menjaga diri di atas nikmat Islam yang agung ini sebagaimana perintah-Nya,

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Kemudian Kami menjadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan (agama itu) maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.“ (QS. Al-Jâtsiyah: 18)
Demikian pula firman-Nya,

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَّكَ وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

Maka berpegang-teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al-Qur`an itu benar-benar merupakan suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu, serta kelak kamu akan dimintai pertanggungajawaban.“ (QS. Az-Zukhruf: 43-44) 
Hendaknya seorang muslim senantiasa berbangga dengan agamanya,

وَلِلَّـهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ

Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin.“ (QS. Al-Munâfiqûn: 8)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, 

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّـهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.“ (QS. Fâthir: 10)
Seorang muslim tidak diperbolehkan memandang orang-orang kafir dengan pandangan pengagungan dan pembesaran karena Allah Azza wa Jalla telah menghinakan mereka dengan kekafiran,

وَمَن يُهِنِ اللَّـهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ

Dan barangsiapa yang Allah hinakan, tiada seorang pun yang memuliakannya.“ (QS. Al-Hajj: 18) 
Pun seorang muslim tidak diperkenankan untuk menatap kehidupan orang-orang yang penuh dengan kemegahan dan perhiasan dunia dengan tatapan kekaguman karena hal tersebut hanya kesenangan yang berakhir kepada neraka,

وَجَعَلُوا لِلَّـهِ أَندَادًا لِّيُضِلُّوا عَن سَبِيلِهِ ۗ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ

Katakanlah, Bersenang-senanglah kalian karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka.“(QS. Ibrâhîm: 30) 
Saudaraku seiman,
Pergantian tahun -sebagaimana halnya pergantian hari dan bulan- adalah suatu hal yang bermakna bagi seorang muslim dan muslimah. Waktu yang terus bergulir dan umur yang terus berkurang adalah renungan untuk memperbaiki lembaran-lembaran yang telah berlalu dan untuk menata masa mendatang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يُقَلِّبُ اللَّـهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّأُولِي الْأَبْصَارِ

Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.“ (QS. An-Nûr: 44)
Untuk selalu meningkatkan perbaikan kepada-Nya.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّـهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadan berbaring serta memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami terhadap siksa neraka.“ (QS. Âli ‘Imrân: 190-191)
Namun, perlu diingat bahwa memperingati akhir tahun atau tahun baru tidaklah dikenal dalam Islam. Tidak dikenal pada tahun Hijriyah mereka, apalagi pada tahun Masehi orang-orang kafir.
Banyaknya kemungkaran pada akhir tahun mengharuskan adanya tulisan-tulisan seperti ini guna menasihati dan saling mengajak kepada jalan yang lurus.
Saudaraku seiman,
Allah Azza wa Jalla melarang kita untuk menyerupai orang-orang zhalim dari kalangan kuffar dan selainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّـهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa terhadap Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.“ (QS. Al-Hasyr: 19)
Kecondongan kepada mereka adalah suatu hal yang sangat berbahaya sebagaimana firman-Nya,

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang zhalim yang mengakibatkan kalian disentuh olehapi neraka.“ (QS. Hûd: 113)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, dia termasuk ke dalam kaum tersebut.
Juga dari Abu Sa’îd Al-Khudry radhiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sungguh kalian betul-betul akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga, andaikata mereka masuk ke lubang dhab(1), niscaya kalian akan mengikutinya, Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nashara?” Beliau menjawab, ”(Ya), siapa lagi (kalau bukan mereka)? (HR. Al-Bukhâry dan Muslim)
Larangan menyerupai orang-orang kafir adalah dalam segala hal, baik dalam perkara zhahir maupun batin. Adanya keserupaan pada hal yang zhahir menunjukkan kesamaan pada hal yang batin. Hal tersebut bukanlah sifat seorang Mukmin. Allah Azza wa Jalla berfirman,

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَـٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖوَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَـٰئِكَ حِزْبُ اللَّـهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّـهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, (tetapi) saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan (Allah) memasukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalam (surge) itu. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun merasa puas akan (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah, merekalah golongan yang beruntung.“ (QS. Al-Mujâdilah: 22)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan pula,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘبَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin (kalian); yang sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.Barangsiapa di antara kalian yang menjadikan mereka sebagai pemimpin, sesungguhnya orang itu termasuk ke dalam golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidaklah memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.“ (QS. Al-Mâ`idah: 51)
Berikut beberapa kemungkaran yang perlu diingatkan.
Pertama, keharaman merayakan hari Natal dan Tahun Baru.
Umat Islam tidaklah mengenal hari raya, kecuali tiga hari: Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Jum’at. Perayaan hari raya, selain tiga hari raya ini, adalah bentuk penyerupaan terhadap kaum kuffar dan perkara baru dalam agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak memiliki tuntunan dari kami, amalan itu tertolak.
Tidak ada silang pendapat di kalangan ulama akan keharaman hal di atas.
Kedua, penetapan kalender dengan perhitungan Masehi.
Bagi umat Islam, telah berjalan di tengah mereka penetapan bulan berdasarkan ketetapan Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّـهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّـهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah padawaktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu.“ (QS. At-Taubah:36)
Penyebutan nama-nama bulan telah masyhur dalam berbagai hadits Nabi. Demikian pula, umat Islam telah bersepakat bahwa penanggalan mereka berdasarkan pada hijrah Nabi sehingga mereka hanya mengenal Kalender Hijriyah.
Ketiga, berpartisipasi dalam hari raya mereka.
Imam Malik rahimahullah berkata, “Hal yang kubenci (yaitu) ikut bersama mereka pada perahu yang mereka tumpangi, dalam rangka hari raya mereka, karena dikhawatirkan bila kemungkaran dan laknat terhadap mereka turun.” (Al-Luma`i/492)
Ibnul Hajj rahimahullah berkata, “Seorang muslim tidak halal menjual suatu apapun kepada orang Nashrani menyangkut keperluan hari raya mereka. Tidak daging, tikar, tidak pula pakaian. Juga tidak menimpahkan suatu apapun, walau hanya seekor kendaraan, karena hal tersebut tergolong membantu mereka di atas kekafirannya. Para penguasa memiliki kewajiban untuk melarang kaum muslimin dari hal tersebut.” (Fatâwâ Ibnu Hajar Al-Haitsamy 4/238)
Keempat, memberi hadiah atau ucapan selamat.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Adapun memberi ucapan selamat kepada simbol-simbol khusus kekafiran, (hal tersebut ) adalah haram menurut kesepakatan (ulama) ….” (Ahkâm Ahl Ad-Dzimmah 1/441-441)
Abu Hafs Al-Hanafy rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang memberi hadiah telur kepada seorang musyrik untuk mengagungkan hari (raya mereka), sungguh dia telah kafir kepada Allah Ta’âlâ.” (Fath Al-Bâry 2/513)
Kelima, berpakaian dengan pakaian mereka.
Telah sah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan celaan terhadap memakai pakaian orang-orang kafir. Juga terhadap para perempuan, Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ

Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dahulu.“ (Al-Ahzâb:33)
Keenam, menerima hadiah dari perayaan mereka.
Syaikh Ibnu Bâz rahimahullah dan Al-Lajnah Ad-Dâ`imah memfatwakan,
“Seorang muslim tidak boleh memakan (makanan) apapun yang dibuat oleh orang-orang Yahudi, Nashrani, atau musyrikin berupa makanan-makanan hari raya mereka. Seorang muslim juga tidak boleh menerima hadiah hari raya mereka karena (penerimaan) tersebut merupakan bentuk memuliakan mereka, tolong-menolong bersama mereka dalam menampakkan simbol-simbol mereka, dan melariskan bid’ah-bid’ah mereka, serta berserikat bersama mereka pada hari-hari raya mereka, yang terkadang hal tersebut menyeret (seorang muslim) untuk menjadikan hari-hari raya mereka sebagai hari raya kita atau, paling tidak, terjadi pertukaran undangan untuk mengambil makanan atau hadiah pada hari raya kita dan hari raya mereka. Hal ini merupakan bentuk-bentuk fitnah dan perbuatan bid’ah dalam agama.
Telah sah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam agama kami hal yang bukan dari agama, hal tersebut tertolak.
Juga tidak diperbolehkan untuk memberi hadiah kepada mereka perihal hari raya mereka.” (Fatawa Al-Lajnah 22/399)
Ketujuh, ikut andil dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah suatu kaum, yang diperbuat kemaksiatan-kemaksiatan di antara mereka, kemudian mereka sanggup mengubah hal itu, lantas mereka tidak mengubah hal tersebut, kecuali dikhawatirkan bahwa Allah akan menimpakan siksaan terhadap mereka semua secara umum.“ (HR. Abu Dawud)
Hendaknya setiap hamba bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta menjaga diri dan keluarganya terhadap segala hal yang mendatangkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian terhadap api neraka.“ (At-Tahrîm: 6)
Wallâhu A’lam.
(1) Dhabb adalah hewan yang mirip biawak, tetapi bukan biawak seperti sangkaan sebagian orang, -pent.

Siapa Al-Ustadz Dzulqornain hafidzohulloh? antum bisa klik di SINI

Selasa, 27 Desember 2011

Waspada!!! Gua Maria Mengepung Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com) - Lebih dari 80 lokasi gua Maria telah berdiri di berbagai propinsi mengepung Indonesia. Rumah ibadah berkedok tempat wisata ziarah ini tersebar membentang dari mulai Papua hingga Sumatra. Gua Maria adalah tempat ziarah umat Katolik, biasanya bangunan utamanya dibentuk seperti gua lalu ditempatkannya patung Bunda Maria pada gua tersebut.
          Fenomena gua Maria ini pertama kali muncul di Mexico saat salah seorang suku Aztec bernama Quauhtlatoatzin dibaptis oleh pastur Franciscan, lalu berganti nama menjadi Juan Diego. Ia mengaku melihat penampakan bunda Maria di Tepeyac, sebuah bukit di timur laut kota Cuautitlan (sekarang Mexico) lalu memerintahkan uskup supaya membangun sebuah kuil di sana.
Bak jamur di musim hujan gua-gua Maria tumbuh subur di Indonesia, bukan hanya di daerah pedalaman di kota besar seperti Jakarta yang sama sekali tidak pernah ada gua pun dibangun gua Maria. Data-data lokasi gua maria tersebut  bisa dilihat di www.guamaria.com.
Selain berupa gua, bangunan semisal yang dimotori oleh Kristen Katolik ini juga ada yang berbentuk candi seperti candi/gereja Hati Kudus Tuhan Yesus di           Dusun Ganjuran, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul. Di lokasi ini bahkan para peziarah Kristen kerap membasuh tangan, muka dan kaki -seperti berwudhu dalam Islam-  ketika hendak berziarah.
Seolah ingin meniru Hindu dan Islam yang memiliki banyak situs sejarah purbakala dan wisata ziarah, umat Kristen pun latah mendirikan candi dan gua rekayasa yang nantinya lama kelamaan seolah dianggap sebagai peninggalan sejarah.
          Ustadz Abu Deedat Shihab, MH wakil Ketua KDK (Komisi Dakwah Khusus) MUI Pusat mengatakan bahwa pendirian gua Maria selain menjadi tempat wisata ziarah umat Kristen adalah sebagai upaya untuk membuat-buat sejarah seolah-olah bunda Maria turun di tempat tersebut.
          “Adanya patung bunda Maria atau gua Maria dan Candi Yesus Kristus  itu adalah upaya membuat-buat sejarah yang seoalah-olah bunda Maria turun di tempat itu atau jejak sejarah agama Katolik masuk di tempat itu disamping menjadikan sebagai tempat ziarah,” ungkapnya kepada voa-islam.com, Selasa (27/12).
          Ia juga merasa khawatir menjamurnya gua Maria nantinya menjadi penyesatan sejarah kepada anak cucu bangsa ini padahal kenyataannya pendirian gua Maria di berbagai tempat tersebut tak ada kaitannya dengan sejarah Katolik.
          “Jadi kalau anak-anak kita tidak tahu asal usulnya nanti timbulnya mereka menyangka di situlah penjelmaan atau turunnya bunda Maria, tempat pertama agama Katolik masuk dan lain-lain padahal tidak ada kaitannya dengan sejarah Katolik,” jelas Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bekasi ini.
          Ustadz Abu Deedat pun menghimbau agar umat Islam mewaspadai Kristenisasi dalam bentuk lain lewat  menjamurnya gua Maria di berbagai daerah. Ia juga mendesak ormas-ormas Islam segera mengambil sikap tegas. (Ahmed Widad)

Toleransi Semu Natal dan Tahun Baru

           Kita mau ngomongin sesuatu yang berbahaya yang tanpa sadar mengintai akidah kaum Muslimin atas nama toleransi semu. Bahaya yang mengintai setiap bulan Desember dan tahun baru. Yup, bahaya perayaan Natal dan perayaan Tahun Baru.
           Suasana natal merebak di sekitar kita. Mal, plaza, hotel, toko, baliho di jalan-jalan protokol, dan umbul-umbul sepanjang jalan terlihat semarak menyambut natal dan tahun baru. Tak ketinggalan televisi dan radio juga saling bersaing program natal dan tahun baru. Acara-acara yang tersuguh khas nuansa natal semisal pohon cemara dan pernik-perniknya, lagu malam kudus atau Holy Night dalam versi Inggris-nya dan juga nggak ketinggalan Jingle Bell. Juga ada Sinterklas dan kado-kado, kereta salju yang ditarik anjing kutub dan anak-anak miskin yang mendapat kegembiraan karena ada hadiah-hadiah yang mereka inginkan.
           Tak jarang kaum Muslimin terlena dengan itu semua. Hati-hati dengan adek-adek kamu yang masih kecil. Mereka mudah sekali silau dengan gemerlap natal dan banyak kado menyertai. Tapi, yang silau sama natal bukan cuma anak-anak kecil. Orang-orang tua bahkan ulama banyak juga yang bukan hanya silau, tapi malah ikut-ikutan larut di dalamnya.
           Karena terbiasanya mereka disuguhi pemandangan natal dan tahun baru Masehi, akhirnya merasa seakan-akan perayaan itu adalah bagian dari kehidupan bermasyarakat. Belum lagi para bapak dan ibu yang duduk sebagai pejabat dan mengaku-aku dirinya ulama mencontohkan diri dengan ikut menghadiri perayaan natal dan tahun baru itu. Akhirnya kaum Muslimin dibuat bingung mana yang hak dan batil karena semua sudah dicampur aduk.

Natal dan tahun baru bukan budaya kita
           Natal dan tahun baru jelas-jelas budaya dan milik kaum Nasrani. Natal diperingati sebagai kelahiran Yesus yang mereka pertuhankan. Meskipun kita kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, tapi tak dibenarkan untuk mengakuinya sebagai Tuhan. Bukan sekadar tak dibenarkan tapi juga haram alias mutlak tidak bolehnya. Lagi pula kelahiran Nabi Isa sendiri juga bukan di bulan Desember. Lha wong aliran sekte Kristen yang lain aja ada yang merayakan Natal di bulan Januari kok. Herbert W. Arsmtrong (1892-1986), seorang pastur di Worldwide Church of God, Amerika Serikat, menyatakan dalam bukunya, The Plain Truth about Christmas, bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Nah lho?
           Abu Deedat Syihabuddin M.H, seorang kristolog dalam wawancaranya dengan majalah Sabili mengatakan, “Isa Almasih bukan lahir tanggal 25 Desember. Di kalangan Kristen sendiri ada perbedaan, ada yang tidak mau merayakan Natal pada 25 Desember seperti Advent dan Yehova. Mereka menganggap Yesus lahir tanggal 1 Oktober. 25 Desember itu, upacara penyembahan Dewa Matahari.”
           Most of all, setelah Muhammad datang, cuma ajaran beliau aja yang boleh diikuti. Ajaran nabi-nabi sebelumnya sudah dihapus dengan kedatangan Muhammad Rasulullah saw. sebagai nabi akhir jaman.
           Tahun baru juga sama aja. Ini tahun baru Masehi, diperingati untuk mengingat sang Mesiah (asal kata dari Masehi alias Nabi Isa juga) dilahirkan ke bumi. Kita nggak perlu latah ikut-ikutan merayakan meski sekadar mengucapkan selamat tahun baru. Karena bagaimana pun, ucapan tahun baru selalu mengekor dengan ucapan natal. Kita punya kok tahun baru sendiri. Tahun baru Hijriyah. Sebagai momentum peringatan Rasulullah saw. hijrah dari Mekah ke Medinah dan mendirikan Negara Islam di sana.
           Selain tahun baru masehi bukan budaya kaum muslimin, lihat juga bagaimana orang-orang itu merayakannya. Hura-hura, pesta, kembang api, dansa, dan banyak acara maksiat lainnya yang digeber semalam suntuk. Jelas banget, semua hal itu sama sekali nggak sesuai dengan budaya kaum Muslimin yang sangat menjaga diri dari segala perbuatan sia-sia dan maksiat. Udah acaranya nggak ada tuntunannya dalam Islam, eh, cara merayakannya juga amat sangat tidak terpuji.

Bagaimana sikap kita?
           Jelas dong, sikap kita sebagai kaum Muslimin untuk tidak mengikuti perayaan itu meskipun sekadar mengucapkan natal dan tahun baru. Lha wong kita tidak meyakini kedua perayaan itu kok mau mengucapkan selamat. Bukankah yang selamat itu cuma mereka yang meyakini akidah Islam saja? Jangan khawatir kamu dituduh tidak toleran hanya karena tidak mau mengucapkan selamat natal dan tahun baru. Toh, makna toleran tidak sesempit itu.
           Toleran itu cukup dengan mengakui adanya keberagaman di sekitar kita. Kita tak mengganggu keyakinan dan ibadah mereka dan begitu sebaliknya. Mereka juga tidak boleh mengusik akidah dah ibadah kaum Muslimin. Toleran tidak bermakna untuk ikut-ikutan dan mencampuradukkan keyakinan kita dengan keyakinan dan peribadatan agama lain. Bukankah telah dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Kafirun bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku? Ya sudah, cukup ini saja yang jadi patokan kita, oke?
           Sering saya diberi ucapan selamat tahun baru oleh teman-teman baik Muslim atau nonmuslim. Kalo ucapan Natal jelas nggak, karena identitas saya sebagai muslimah dengan jilbab dan kerudung sangat jelas terlihat. Saya selalu katakan pada mereka, bahwa saya tidak merayakan tahun baru Masehi. Malam tahun baru toh nggak beda dengan malam-malam sebelum dan sesudahnya. Baru kalo di penghujung malam tahun baru matahari terbit dari barat, itu baru saya takjub dan pantas untuk dirayakan. Teman-teman langsung pada keki karena kalo beneran seperti itu, artinya kiamat dong hehehe…
           Tentunya tidak berhenti di situ saja. Harus ada penjelasan secara logis mengapa kita tidak mau merayakan atau sekadar mengucapkan selamat tahun baru. Penjelasan sederhana di atas sudah cukup kamu gunakan sebagai penjelasan bila ada yang nekat ngucapin hal yang sama ke kamu.
           Jadi sikap kita jelas dalam hal ini. Tak ada yang namanya nggak enak ati karena ini menyangkut masalah akidah dan keimanan. Nggak main-main urusannya. Meskipun dengan itu kita harus dengan sabar memberi penjelasan dan pengertian bagi mereka yang emang belum ngerti.
Saya punya teman pena dari Finlandia. Kami bersahabat sudah lebih dari sepuluh tahun. Setiap bulan Desember tiba, ia selalu mengirim kartu ucapan merry christmas and happy new year pada saya. Bahasa Finland-nya sih “Hyvä  Joulua ja Onnellista Uutta Vuotta!” Padahal sudah berulangkali saya jelaskan padanya kalo saya seorang Muslim dan tidak merayakan natal atau pun tahun baru masehi. Saya jelaskan pula kalo kami punya tahun baru sendiri, Hijriyah. Tapi lucunya, dia selalu heran dan bingung dengan penjelasan saya.
           Usut punya usut, ternyata merayakan natal di negeri Barat tidak berkaitan dengan keyakinan seseorang. Teman pena saya ini mengakunya bukan seorang nasrani, karena ia tidak percaya terhadap ketuhanan Yesus. Ia bilang kalo ia tidak percaya dengan tuhan yang ada di gereja. Ia percaya dengan tuhan menurut definisinya sendiri. Hihi, kacau yah?
           Jadi, baginya natal adalah sebuah perayaan yang tidak ada nilai religiusnya sama sekali. Tidak ada acara pergi ke gereja. Tidak ada acara membaca doa atau pun hal-hal keagamaan lainnya. Natal cuma momen untuk bisa kumpul bersama keluarga, makan enak, pesta dan mabuk hingga pagi.
           Tapi tetap saya jelaskan bahwa meskipun natal di Barat saat ini kehilangan nilai religinya, tapi saya tidak bisa menerima ucapan itu. Bagaimana pun natal tidak bisa dilepaskan dari mana ia berasal dan dalam konteks apa ia diperingati. Memang tidak mudah membuat teman saya ini paham karena perbedaan budaya dan keyakinan yang sangat mencolok di antara kami.
Pertemanan bukan berarti bisa dengan seenaknya mencampurkan akidah dan keimanan. Harus ada batas yang jelas untuk itu. Toh, kami tetap berteman dengan baik meskipun saya tak pernah mengucapkan merry christmas and happy new year padanya. Ia juga tak pernah menuntut saya untuk mengucapkannya. Malah yang sering, dia suka tanya-tanya tentang Islam dan saya dengan senang hati menjelaskannya.
           Apa yang bisa diambil dari cerita saya di atas? Jangan pernah ambil kompromi untuk masalah penting dan mendasar. Perayaan dan ucapan natal dan tahun baru memang ringan di lidah, tapi berat di timbangan pada hari penghisaban nantinya. Maksudnya berat dalam hal mengurangi timbangan kebaikan kamu alias jadi tekor. Jadi jangan pernah menganggap enteng hal ini. 

Kok, ada ulama ikut natalan?
           Mungkin di antara kamu ada yang bertanya-tanya seperti ini. Jangan kuatir, ngaku-ngaku ulama saat ini memang gampang. Tapi dari perbuatannya, kamu kan bisa menilai ulama seperti apakah yang ada pada dirinya.
           Merusak Islam sudah bukan jamannya lagi dari luar. Diperangi secara fisik, dibenci oleh kaum kafir, dicemooh dan diludahi seperti jaman nabi. Saat ini ada yang lebih keren tapi berbahaya dalam merusak Islam yaitu dari dalam. Dari pemeluk Islam sendiri dan dari mereka yang mengaku ulama panutan umat. Kalo ulamanya sudah kena, maka umat pun akan mudah diarahkan ke jalan tidak benar. Gampang kan?
           Apalagi dengan adanya sebuah jaringan yang teroraganisasi dengan baik untuk menghancurkan Islam dari dalam, yakni JIL alias Jaringan Islam Liberal. Islam kok liberal? Hehe makanya nggak pantas banget kata Islam disandang dan bersanding dengan liberal. Terus, apa hubungannya dengan perayaan natal dan tahun baru?
           Merekalah yang gencar mempromosikan ajakan untuk merayakan dan mengucapkan natal dan tahun baru. Alasannya sih slogan pluralisme agama yang sering jadi dalih. Merekalah yang suka memberi cap eksklusif pada kita-kita yang berusaha berjuang dan menerapkan Islam secara kaffah (keseluruhan). Lucu ya.
           Musuh-musuh Islam nggak perlu repot-repot untuk menghancurkan Islam karena sudah ada mesin penghancur itu dari dalam. Pihak JIL inilah yang paling getol mengadakan diskusi dan seminar dalam merusak ide dan akidah Islam. Lha wong teman-teman saya yang nasrani aja nggak repot kok meski saya dan teman-teman yang lain nggak mengucapkan selamat natal pada mereka. Dan kami juga tetap berteman sebatas hal-hal yang memang dibolehkan. Bukan mencampuradukkan akidah dan keimanan. Kok, malah pihak yang mengaku dirinya muslim yang ajak-ajak untuk ikut natalan. Aneh!
           Makanya, kamu jangan heran lagi kalo ada ulama yang ikut natalan bahkan ajak-ajak umatnya untuk mengikuti perbuatannya. Ingat, setiap individu akan bertanggung jawab terhadap amal perbuatan masing-masing. Nggak ada ceritanya entar di akhirat ketika dihisab dan ditanya kamu akan bikin alasan “Saya kan cuma ikut-ikutan ulama anu.” Ulama anu itu bisa jadi ikut bikin alasan “Salah sendiri, ngapain kamu mau ikut-ikutan saya?” Nah lho, jadi ribet kan urusannya?
Nah lho, masing-masing saling menyalahkan. Kalo kamu paham Islam dengan baik dan benar, kondisi itu nggak akan terjadi. Meskipun ulama, kalo perbuatannya gak benar ya seharusnya dinasehati bukan diamini aja. Bukankah itu sejatinya sikap seorang Muslim? Saling menasihati dalam kebenaran dan dalam kebaikan.
           Kalo ternyata si ulama tetap ngeyel? Kita ingkari aja perbuatannya dalam hati sambil terus melakukan upaya penyadaran terhadap teman-teman dan keluarga kita, supaya mereka nggak ikut-ikutan perbuatan yang nggak bener itu. Kalo kamu punya kemampuan menulis, bisa tuh bikin tulisan sederhana terus kamu tempel di mading sekolah. Atau bisa kamu kirimkan ke surat pembaca di surat kabar kotamu. Jangan cuma diam aja.
           Termasuk nih, kalo kamu pandai berbicara di depan banyak orang, jelaskan kepada mereka persoalan ini. Nggak perlu takut dicerca. Oke?
           Kalo musuh Islam gencar menyerang dengan dalih toleransi dan pluralisme, maka kita harus lebih giat dan semangat untuk menyadarkan umat akan bahaya ide ini. Kalo mereka punya backing dana banyak, media massa yang jadi corong ide rusak, pejabat korup, ulama syu’ (jahat), kita punya satu hal. Meski satu tapi dahsyat. Apakah itu? Kekuatan Iman. Backing-nya langsung bersandar pada Yang Maha Dahsyat. Pemilik langit dan bumi. Kalo Ia sudah menjadi sumber            kekuatan kita, siapa yang bisa mengalahkan?
           Tuh kan, keren banget! Allah sebagai backing kita. Allah sebagai sumber kekuatan kita. Hanya satu pertanyaan untuk kamu dan kita semua, maukah kita menjadi pejuang di jalanNya? Itu saja! Semoga kita semua siap. Setuju kan? [riafariana/voa-islam.com]

MUI: Negara Harus Lindungi Karyawan Muslim Agar Tak Dipaksa Berbusana Natal

JAKARTA (voa-islam.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) prihatin dengan marakanya pegawai atau karyawan muslim yang mengenakan atribut natal di berbagai perusahaan, ritail di mal-mal hingga toko-toko.
          Ketua MUI  Pusat, KH Ahmad Cholil Ridwan menegaskan bahwa MUI sudah memfatwakan haram hukumnya mengikuti perayaan natal bersama apalagi mengenakan atribut-atribut natal, sebab itu sama saja mendukung perayaan natal.
“Sebenarnya sudah ada fatwa MUI, di zaman Buya HAMKA itu telah dikeluarkan fatwa MUI bahwa natalan bersama itu haram, kalau kemudian kita sendiri menggunakan atribut-atribut natalan berarti kita bukan hanya ikut tapi mendukung, apalagi berhari-hari sebelum tanggal 25 sudah pakai,” kata Kyai Cholil, sapaan akrabnya, kepada voa-islam.com Senin (19/12/2011).
         Ulama asli Betawi itu juga menyayangkan sikap pemerintah yang tidak mengawal fatwa MUI dan tidak melindungi ‘aqidah umat sehingga membiarkan umat Islam melawan arus kristenisasi.
“Dari situ memang teruji iman seseorang, bahwa ia harus bekerja apalagi kalau tidak pakai atribut natal dipecat. Inilah karena tidak ada proteksi dari pemerintah, pemerintah kan mestinya memproteksi fatwa MUI supaya jalan kemudian memelihara akidah umat seperti di Malaysia. Beda dengan Indonesia, di Malaysia itu Islam menjadi agama negara sehingga diproteksi baik Islamnya maupun umatnya. Nah kita di Indonesia ini tidak (diproteksi oleh negara, red), umat dibiarkan saja untuk berhadapan dengan arus kristenisasi,” jelasnya.
         Kelemahan dari pemerintah dan ketidakpedulian ulama untuk melindungi aqidah umat, lanjut Kyai Cholil, membuat fatwa haram mengikuti natal bersama yang pernah difatwakan MUI hanya menjadi fosil.
“Walaupun natalan itu budaya, tapi itu kan kristenisasi juga kalau kita ikuti kita akan terpengaruh. Ini saya pikir kelemahan pemerintah dan ulama-ulama juga membiarkan. Fatwa haramnya natal bersama itu kan sekarang tidak ada suaranya lagi. Fatwa itu jadi fosil di museum yang tidak efektif lagi digunakan,” ungkapnya.
Pengasuh Ponpes Al-Husnayain ini mengisahkan betapa besarnya pengorbanan Buya HAMKA untuk mempertahankan fatwa haramnya mengikuti natal bersama itu. Dengan berani, Buya HAMKA rela mengorbankan jabatannya sebagai ketua umum MUI daripada harus mencabut fatwa itu. Berkat keteguhan Buya itulah, fatwa haramnya mengikuti natal bersama masih berlaku hingga saat ini.
         “Kalau saya sudah sendiri sudah ngomong di mana-mana kalau natalan itu haram, sampai saya bilang Buya HAMKA itu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum MUI karena disuruh mencabut fatwa itu dan sampai sekarang fatwa itu tidak pernah dicabut. Artinya fatwa itu masih berlaku  bahwa  haram ikut natalan bersama apalagi dia aktif sebagai orang yang menggunakan atribut Sinterklas,” ujarnya.
Kyai Cholil menegaskan, dasar hukum haramnya natalan bagi umat Islam adalah larangan dalam hadits shahih. Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban). 
Umat Butuh Undang-undang Larangan Natal Bersama
         Untuk mengatasi kasus natalan, agar umat Islam tidak dipaksa oleh atasan untuk memakai busana natal pada saat jam kerja, Kyai Cholil mengimbau agar pemerintah menerbitkan undang-undang yang melarang umat Islam merayakan Natal bersama. Selain itu, umat Islam harus kompak untuk menolak natalan bersama.
         “Mestinya kalau mau hidup rukun beragama dengan pemeluk Islam pegawai dia yang Islam itu tidak perlu menggunakan atribut natal. Pemerintah juga mestinya membuat aturan, Perda atau apa pun bahwa perusahaan yang memiliki pegawai yang muslim dan bukan beragam Kristen tidak boleh diperintah untuk menggunakan atribut-atribut natalan itu seperti Sinterklas dan lain sebagainya. Tapi umat Islamnya juga mesti harus kompak tidak ikut merayakan natalan,” jelas Kyai Cholil yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) itu. [ahmed widad]

Misionaris Goda Akidah Ketua Masjid dengan Uang 20 Juta

MAGELANG (voa-islam.com) Para misionaris semakin berani melancarkan pemurtadan. Bahkan kepada pengurus masjid dan pengasuh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), mereka terang-terangan menawarkan iming-iming pekerjaan dan materi puluhan juta rupiah.
          Dusun Windusari kelurahan Kalibening, kecamatan Dukun Magelang adalah salah satu dusun yang menjadi korban bencana Merapi 2010. Dusun yang dihuni 183 KK itu, 180 KK di antaranya beragama Islam. Pasca meletusnya Merapi, dusun yang dihuni oleh 569 jiwa itu menjadi sasaran misionaris. Mereka memanfaatkan minimnya batuan logistik dan relawan yang datang ke dusun tersebut. Sementara sebuah desa di atasnya, yang hanya berbatasan sebuah tugu, menumpuk bantuan logistik dari berbagai sumber atas lobi-lobi misionaris.
          Dengan modal uang yang melimpah, para misionaris berani memberikan iming-iming materi kepada para aktivis masjid, seperti yang dialami olah Pono, takmir Masjid Al-Muttaqin Windusari.
Kepada responden voa-islam.com, Pak Pono berterus terang bahwa dirinya sering didatangi misionaris dengan berbagai iming-iming, mulai dari tawaran untuk menjadi pengurus yayasan Citra Kasih dengan gaji 400 ribu perbulan, atau bantuan logistik berupa mie instan hingga tawaran bantuan uang tunai sejumlah 20 juta untuk membeli tanah “wakaf” desa.
               Para misionaris terang-terangan hendak merekrut Pak Pono, padahal mereka sudah tahu bahwa Pak Pono adalah Ketua Takmir Masjid Al-Mutaqin yang sangat aktif mengadakan kegiatan keislaman di desanya. Bahkan sebuah ruang tamu di rumahnya juga dijadikan sebagai TPA sementara karena belum ada tempat dan gedung TPA yang memadai.
          Pak Pono berharap ada relawan Muslim yang datang sambil membawa bantuan logistik dan perlengkapan shalat, TPA, TPQ dan dai untuk memberikan bimbingan rohani khususnya kepada generasi muda desa agar terbentengi dari upaya kristenisasi.
           Pak Pono menuturkan, bencana Merapi beberapa waktu lalu mengakibatkan warga dusun yang sebagian besar bermata pencaharian petani ini belum bisa kembali ke sawah. Karenanya, lanjutnya, seluruh sawah dusun tertutup pasir sehingga sawah tidak bisa dibajak maupun ditanami. Otomatis, saat ini warga tidak memiliki penghasilan untuk kehidupan sehari-hari mereka, sementara bantuan logistik sangat minim.
Karena tak ada lagi mata pencaharian, maka Pak Pono dan umat Islam di Windusari berharap ada bantuan dan solidaritas dari umat Islam. Sebesar apapun bantuan kepada mereka, akan sangat bermanfaat untuk membentengi serangan para misionaris yang melancarkan pemurtadan berkedok bantuan kemanusiaan.
Kaum Muslimin harus membuktikan iman dan ukhuwah islamiyahnya. Keengganan kaum muslimin untuk membantu saudaranya yang tertimpa musibah, berarti memuluskan para misionaris untuk datang membantu sambil menyebarkan misi agamanya. [Bekti Sejati, Abu Fatih As-Salawi]

Misi Jelang Natal: Kristenkan Muslim dengan Tipuan

Medan (voa-islam.com) - Menjelang Natal tahun ini, umat Islam harus ekstra hati-hati, karena para penginjil Kristen mulai gentayangan menjala akidah umat Islam dengan cara-cara yang licik. Di Medan Marelan, para penginjil menjebak akidah umat dengan menyebarkan buku “Rahasia Doa-doa Yang Dikabulkan.”
Isi buku 120 halaman ini tidak jelas dan menyesatkan akidah umat Islam. Ustadz Syahrul, Ketua Ikatan Dakwah Indonesia Cabang Medan Marelan, mengatakan, jamaah pengajiannya di Medan Marelan membeli buku “Rahasia Doa-doa Yang Dikabulkan” di sebuah toko, karena mengira buku ini adalah bacaan umat Islam.
Di dalam buku ini, jelasnya, ternyata setelah halaman sampul ada disebutkan judul bukunya rahasia doa-doa yang dikabulkan, doa-doa pengikut Isa Al-Masih. Pada buku ini banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur'an. "Jadi apa kaitannya surat-surat di dalam Al-Qur'an ada dalam buku rahasia doa-doa dikabulkan pengikut Isa Al Masih, anehnya lagi ada ayat kursi. Ini kan salah besar dan menyesatkan," imbuhnya, Jumat (11/12).
Hal ini, paparnya, telah meresahkan umat muslim khususnya yang ada di Medan Marelan. Sebab, buku-buku yang menyesatkan terus beredar, bahkan sistem penjualannya berada di pasar dan dari rumah ke rumah. Tentunya, sistem inilah yang bisa dikhawatirkan merusak dari ajaran Islam yang ada. Karenanya, ia meminta aparat untuk menindak penulis dan penerbit buku tersebut.
"Kami berharap agar aparatur penegak hukum segera bertindak terhadap penulis dan penerbitnya," pintanya.
           Misi kristiani yang meresahan umat Islam di Medan Marelan itu juga mendapat sorotan tajam dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Medan. Salman Alfarisi, Ketua Dewan Syariah Daerah (DSD) DPD PKS Kota Medan, mendapat banyak laporan warga atas penyebaran buku Kristen berkedok Islam itu.
           Salman merinci, buku ini sangat tidak jelas peruntukannya, sekilas seperti buku Islam, karena terdapat idiom-idiom Islam dan pengutipan ayat-ayat Al-Qur'an. Namun dengan pencantuman kalimat “Doa-doa Pengikut Isa Al-Masih” pada halaman depan, terkesan bahwa buku itu adalah bacaan Kristen.
"Bila ditujukan untuk umat Muslim, harusnya tidak ada isinya doa dari kitab lain (Bibel). Tapi seandainya buku ini diberikan kepada umat kristiani, mestinya tak ada kutipan ayat-ayat Al-Qur'an," simpulnya.
...sekilas buku ini seperti buku Islam, karena terdapat idiom-idiom Islam seperti, alhamdulillah, allohumma, ya robbi, Allah Ta’ala, dll, serta pengutipan surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas dan Al-Baqarah....
          Atas dasar itulah Salman menyebut buku tersebut sebagai buku penyesatan aqidah yang berdampak langsung pada hubungan Islam dan Kristen, bila peredaran buku tersebut dibiarkan. Untuk itu, pihaknya meminta aparat untuk melarang dan menarik buku ini dari peredaran, serta menindak tegas penulis dan penerbitnya. Kepada para ulama dan tokoh agama, Salman meminta agar buku ini diharamkan bagi umat muslim.
Beredar sejak lima tahun lalu di Aceh
           Ternyata, penyebaran buku Doa Makbul di Medan itu bukan hal baru. Jauh sebelumnya, bulan Agustus 2005 tahun lalu, buku Kristenisasi berkedok Islam ini sudah menggegerkan sebagian warga Aceh. Aceh yang sudah ditimpa bencana tsunami dahsyat yang menewaskan seratus ribu jiwa lebih, harus ditambah lagi dengan bencana akidah melalui penyebaran buku “Rahasia Doa-doa Yang Dikabulkan.”
          Menurut Heri Jauhari, relawan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang bertugas di Aceh sebulan setelah terjadinya gempa dan tsunami 26 Desember 2004, buku tipuan Kristen itu beredar luas dari tangan ke tangan kepada para korban bencana. Buku itu berasal dari NGO dan yayasan Kristen yang datang ke Nangroe Aceh Darussalam dengan kedok menyalurkan bantuan untuk masyarakat Aceh. Buku doa makbul buatan Kristen itu disebarkan bersamaan dengan pembagian obat gratis yang bertuliskan I Love Jesus.
Pernyataan itu diperkuat oleh data yang dimiliki Syahdan, seorang kader PKS di Desa Tungkop, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Sepengetahuannya, buku itu disebarkan oleh Yayasan Kreasi yang berkantor di Desa Limprok, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. 

Liciknya Kristenisasi Berkedok Islam
           Buku berjudul “Rahasia Doa-doa Yang Dikabulkan” banyak meperdaya kaum awam. Tak sedikit umat Islam yang membeli buku ini karena mengira buku itu sebagai buku tuntunan ibadah islami.
...sepandai-pandai meramu bahasa, tapi yang namanya doktrin ketuhanan tidak bisa ditutupi, karena kekafiran dan ketauhidan adalah dua hal yang jauh berbeda dan tak dapat dicampuraduk...
Mereka terkecoh dan mengira buku ini sebagai bacaan Islam, karena tampilan buku ini penuh dengan idiom-idiom Islam.

           Pada sampul depannya terdapat kaligrafi khat Arab “Ya robbi,” yang ditulis oleh Hanan El-Khouri. Pada halaman judul, disebutkan bahwa buku tersebut diterbitkan oleh Tunas Isai, setting dan layout dikerjakan oleh El-Quds Comp. Istilah-istilah Islam pun berjejal dalam buku setebal 120 halaman tersebut, misalnya: alhamdulillah, allohumma, ya robbi, Allah Ta’ala, dll.
           Pengelabuan lainnya, Hanan menerjemahkan istilah teologi Kristen menjadi istilah-istilah Arab, misalnya: Yesus diterjemahkan menjadi Sayyidina Isa Al-Masih, Yesus juru selamat penebus dosa seluruh dunia diterjemahkan menjadi Mukhalishul-‘Alam, Injil Yohanes diterjemahkan jadi Bisyarah Yahya, dll.
          Umat Islam awam semakin percaya buku itu sebagai bacaan Islam, karena dalam buku tersebut banyak dikutip ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain: Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, Al-Baqarah, Al-A’raf, As-Sajdah, Al-Mu’min, Ar-Ra'd, dll.
         Perhatikan muqadimah buku tersebut: “Alhamdulillah, dengan mengucap syukur ke hadhirat Allah semata-mata, yang telah melimpahkan ni’mat dan karunia-Nya sehingga buku kecil berjudul Rahasia Doa-doa Yang Dikabulkan ini dapat terbit” (halaman iii). Luar biasa islami!
          Berikutnya, pada bab I (hlm. 1-15) buku ini secara khusus memaparkan makna doa yang digali dari ayat-ayat Al-Qur’an, bahwa doa itu membuka komunikasi untuk mendekatkan diri (taqarrub) dan mengingat (dzikir) kepada Allah serta mengagumi kebesaran dan kekuasaan-Nya (hlm. 2).
          Kemudian Hanan mengutip doa-doa Al-Qur’an lengkap dengan nas Arab, transeliterasi dan terjemahannya, antara lain: surat Al-Fatihah 1-7, surat Al-Alaq 1-5, surat Al-Falaq 1-5, surat Al-Ikhlas 1-4 dan surat An-Nas 1-6, surat Al-Baqarah 255 dan doa dalam hadits Shahih Bukhari. Hanan memuji doa-doa tersebut dengan kalimat yang sangat indah: “Dan lebih penting lagi, doa-doa tersebut sangat indah dan bermakna universal, sehingga bisa dijadikan teladan oleh semua orang” (hlm. 3). Sampai di sini pun belum nampak identitas kekristenan buku itu.
Tapi, sepandai-pandai meramu bahasa, tapi yang namanya doktrin ketuhanan tidak bisa ditutupi, karena kekafiran dan ketauhidan adalah dua hal yang jauh berbeda dan tak dapat dicampuraduk. Kekristenan buku Rahasia Doa-doa Yang Dikabulkan mulai nampak pada ujung bab I diakhiri dengan dua buah kaligrafi bertuliskan “Al-mahabbatu hiya takmiilun-naamuus” (Kasih adalah kegenapan hukum agama) yang diambil dari Bibel, surat Paulus kepada Jemaat di Roma pasal 13 ayat 10.
Kekristenan buku ini nampak terang pada Bab II berjudul “Rahasia Doa-doa yang Makbul dalam Injil” (hlm. 17–35). Pada halaman 33-4 ditulis sbb:
          “Sebelum kita memanjatkan permohonan untuk kepentingan hidup kita, lebih dahulu wajiblah kita mengucap syukur kepada-Nya karena rahmat dan ni’mat-Nya. Dan yang lebih penting lagi, kita memohon pengampunan atas dosa-dosa kita melalui syafa’at Isa Al-Masih. Jadi, kalau kita berdoa dalam nama Sayyidina Isa Al-Masih, Kalimatullah Al-Hayat (Firman Allah yang Hidup), dia berkenan menjadi pengantara bagi kita, dan memberikan syafaat atas dosa-dosa kita di hadapan Allah Yang Maha Adil” (hlm. 33-34).
          Itulah inti ajaran buku ini, yaitu menggiring pembaca secara perlahan agar mohon pengampunan dosa melalui Yesus Kristus, karena dialah satu-satunya pribadi yang dalam doktrin Kristen diyakini sebagai orang yang dapat menebus dosa manusia dengan darah kematiannya di tiang salib.
          Dari sini, nampak jelas bahwa kutipan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bab I itu dipuji-puji untuk diselewengkan sebagai alat pembenaran terhadap doktrin Kristen tentang dosa waris dan penebusan dosa. Itulah liciknya Kristenisasi. [taz/dna]. [taz/dna]

Melongok Bitung, Kota 1001 Gereja dan Pusat Kristenisasi se-Asia Tenggara

BITUNG (voa-islam.com) – Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut. Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan. Itulah sebabnya kota ini disebut dengan Kota Cakalang.
          Dalam catatan sejarah, disebutkan pada tahun 1940-an para pengusaha perikanan di laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan pelabuhan Kema yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa. Padahal, Pelabuhan Kema dulunya merupakan pelabuhan perdagangan. Menurut pandangan mereka, Bitunglah yang lebih strategis.
            Di samping itu, kota ini juga memiliki Pulau Lembeh, salah satu pulau terbesar di Sulawesi Utara. Pulau ini berfungsi sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang besar.
          Konon, Amerika tertarik menjadikan pulau yang terletak 1 mil dari pelabuhan Bitung ini sebagai pelabuhan kapal perangnya. Amerika mengutus Vincent A Lacelly, seorang konsultan di bidang kelautan, membuat kesepakatan dengan mantan Walikota Bitung, Milton Kansil untuk membangun pelabuhan bagi kapal-kapal perang Amerika.
...Hampir semua sektor Bitung dikuasai umat Kristen, sehingga perkembangan Islam sangat menyedihkan...
          Secara geografis, wilayah ini sangat cocok untuk berlabuh kapal-kapal perang Amerika yang mondar-mandir dari Lautan Pasifik menuju Kawasan Teluk. Tetapi permintaan Amerika itu ditolak.
Saat memasuki Bitung, kita akan disambut oleh Gunung Dua Saudara yang terletak di pinggiran dalam Kota Bitung. Gunung dengan ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut yang berdempetan itu bagai kaki-kaki kokoh yang siap “melindungi” kota.
Pusat Prostitusi di Sulawesi Utara
          Bitung merupakan salah satu dari sedikit kota di Indonesia yang memiliki potensi eco-tourism yang khas, dan sangat potensial bagi pengembangan sektor pariwisata seperti cagar alam dan wisata pantai. Oleh karena itu jangan heran jika jumlah PSK (Pekerja Seks Komersial) di kota ini setiap tahun meningkat
Yayasan Harapan Sentosa Bitung (YHS) membeberkan bahwa Khusus kota Bitung terdapat  tiga lokasi bursa Seks terbuka dengan jumlah PSK (Pekerja Seks Komersial.) sebanyak 1200 PSK (Harian Komentar 28 Februari 2004).
...Pembangunan masjid selalu mendapatkan tantangan dari pihak Kristen. Selalu dipersulit, bahkan berupaya untuk dibongkar...
          Dinas Sosial kota Bitung melaporkan bahwa terdapat kurang lebih 1500 orang pelacur pada tahun 2010 dan 70 % di antaranya adalah berumur 16 -23 tahun dan dari 70 % itu 45 % di antaranya adalah berlokasi di kecamatan Bitung timur. Ini adalah jumlah PSK yang terdata, sementara yang belum terdata masih sangat banyak dan selalu bertambah. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah dengan semakin banyaknya jumlah PSK di kota Bitung, maka penyebaran HIV pun semakin pesat.
Himpunan Masyarakat Peduli AIDS (HUMPAD) yang bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), membeberkan jumlah penderita ODHA tahun 2010 di Kota Bitung tercatat 165 orang, "Sementara bulan November 2011 bertambah menjadi 218," kata Ketua HUMPAD, Jody Mamangkey, Jumat 18 November 2011 baru-baru ini.
 
Pusat Kristenisasi se-Asia Tenggara
         Penduduk Bitung terdiri dari hampir semua suku besar di Indonesia. Demikian pula lima agama resmi negeri ini eksis dan berkembang di kota ini. Oleh karena itu bisa disebut Bitung adalah Nusantara kecil
Namun, karena kota ini hampir semua sektor dikuasai oleh Umat Kristen, sehingga perkembangan Islam ditempat ini sangat menyedihkan. Padahal komposisi pemeluk agama Islam dan penganut agama lainnya di wilayah ini sekitar 40% berbanding 60%. Komposisi semacam ini sempat menimbulkan kecemasan di kalangan kaum Kristen. Maklum, selama ini mereka sudah mengklaim kota Bitung sebagai salah satu kota Kristen. Karena klaim itulah kemudian mereka berusaha mempertahankan kota ini agar tidak berubah. Oleh karena itu pembangunan sasjid di kota ini selalu mendapatkan tantangan yang luar biasa dari pihak Kristen. Mulai dari pembangunan Masjid Ribathul Qulub, Kompleks Pelabuhan Bitung, sampai Masjid Babul Jannah di kelurahan Sagerat selalu dipersulit, bahkan berupaya untuk dibongkar.
Untung saja di kota ini, masyarakat muslim masih memiliki seorang tokoh yang cukup disegani oleh mereka, yakni H. Sjamsudin Sururama, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bitung yang selalu terdepan untuk mempertahankan pembangunan masjid di kota Bitung. Sekalipun di usianya yang sudah cukup renta, pak Haji panggilan akrabnya, tidak pernah gentar dengan segala ancaman yang dikeluarkan oleh pihak Kristen, melalui laskar-laskar mereka, seperti Brigade Manguni dll. Itulah sebabnya sebagian besar orang menyebut kota ini sebagai Kota 1001 Gereja dan Pusat kristenisasi se-Asia Tenggara.
...Sebagian besar orang menyebut Bitung sebagai Kota 1001 Gereja dan Pusat kristenisasi se-Asia Tenggara...
          Julukan itu sebenarnya tidak berlebihan, karena kenyataannya simbol-simbol Kristen di kota ini begitu mencolok. Gereja berdiri di mana-mana. Hampir setiap seratus meter berdiri gereja. Yang paling mencolok ketika Dzulfikar Ahmad Tawala, (Sekjen PP. IPM), mengadakan konsolidasi pada bulan Ramadhan beberapa tahun yang lalu ke Manado yang kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kota Bitung, Bang Fikar (panggilan akrabnya), sempat merasa kebingungan untuk mencari masjid hendak melaksanakan shalat Magrib dan berbuka Puasa. Karena selain jarang menemukan Masjid, kebetulan pada waktu itu juga bertepatan dengan perayaan Paskah, sehingga sepanjang jalan dipenuhi dengan lampion Salib.
Selain itu, kehidupan masyarakat Bitung pun menunjukkan pola hidup yang mirip dengan masyarakat Kristen di Barat. Dari cara berpakaian sampai pola pergaulan. ”Pakaian yang laris di sini modenya tergantung di negara Barat,” kata Mardianto, mantan kepala bagian salah satu perusahaan konveksi di Manado. Ia mencontohkan mode yang saat ini sedang digandrungi masyarakat Bitung, terutama kaum muda adalah celana model sapi, yaitu celana yang ketat dan pendek.
Selain Westernisasi budaya, tantangan terberat yang dihadapi kaum muslim di kota ini, adalah Kristenisasi. Kasus-kasus Kristenisasi yang paling gencar di sana menurut Ustadz Rio Efendi Turipno, Da’i Majelis Tabligh PP. Muhammadiyah adalah dengan modus Pacaran (hamilisasi) dan bantuan sosial, hal ini dikarenakan masyarakat muslim di kota tersebut yang berjumlah 47.871 jiwa, hampir 80% tergolong pra sejahtera. Sehingga sangat memudahkan bagi para missionaris melancarkan misinya yang berkedok bantuan.
...Selain Westernisasi budaya, tantangan terberat kaum muslim Bitung adalah Kristenisasi modus pacaran (hamilisasi) dan bantuan sosial...
          Sebagai contoh ada beberapa keluarga yang pernah menjadi korban Kristenisasi yang pernah tangani oleh Ustadz Rio, rata-rata mengaku bahwa awal para missionaris ini masuk ke keluarga tersebut dengan pendekatan bantuan sosial, yang kemudian lambat laun menarik keluarga tersebut untuk masuk ke dalam agama mereka dengan iming-iming agar bisa hidup lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga dengan remaja banyak yang menjadi korban akhirnya murtad, setelah melalui proses pacaran dan dihamili oleh pemuda-pemuda Kristen. 
          Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan para dai ataupun pihak-pihak yang bersedia berjuang dengan harta dan jiwanya dalam membangun masyarakat Islam di Kota 1001 Gereja ini, di mana sebagian besar belum mendapat perhatian secara khusus dari ormas-ormas Islam  maupun pemerintah setempat. [taz/abi]

 
| PPPI Miftahussalam Banyumas Jalan Raya Kejawar No.72 Banyumas Jawa Tengah - Telp.(0281)796121 / 796004 | Islamic Boarding School, in Banyumas